Cerita Orang Betawi Naik Haji Tempo Dulu
Ketika itu masyarakat Betawi banyak yang membuat minya kelapa dari kelapa yang diambil dari kebunnya sendiri. Produk minyak itu mereka jual ke pengecer untuk kemudian dijual ke rumah-rumah. Masyarakat Betawi tempo dulu juga banyak yang memiliki peternakan kecil dari peternakan tersebut mereka menjual susunya.
Dalam masa menabung ini, mereka sudah belajar manasik haji. Karena waktu yang lebih lama, kata Haji Irwan, maka dalam mendalami manasik haji lebih mendalam dibandingkan sekarang. Biaya lain-lain di masyarakat Betawi sangat besar ketika naik haji baik sebelum maupun saat setelah selesai melaksanakan ibadah haji.
Ada banyak tradisi-tradisi dan ritual yang dilakukan dimana mengundang banyak orang sehingga menghabiskan banyak uang. Seperti tahlilan dan ratiban sebelum berangkat. Di beberapa daerah pinggiran bisa berlangsung 40 hari. Kemudian melepas jamaah haji dengan petasan dan mungkin sampai saat ini masih ada. Petasan ini bagian dari gengsi. Semakin banyak petasan dilepas maka semakian dianggap bergengsi orang itu.
Sepulang dari tanah suci, diadakan selamatan dan tentu saja para tamu diberikan suguhan setengguh air zamzam lalu mereka meminta kepada orang baru naik haji agar didoakan supaya bisa melaksanakan ibadah haji. Acara ketika baru tiba dari Makkah bisa berlangsung hingga 40 hari. Namun sebagian besar tradisi-tradisi itu kini sudah banyak yang hilang. Jika biaya haji 2023 jadi naik, bisa dibayangkan seberapa besar uang yang harus dikeluarkan jamaah haji Betawi jika melaksanakan berbagai tradisi-tradisi yang pernah dilakukan jamaah haji tempo dulu itu.
Artikel Menarik Lainnya: https://nyantri.republika.co.id/posts/199425/ini-alasan-mengapa-nu-selalu-lantang-tolak-wahabi-di-indonesia