Di Masa Kiai Amin Sepuh Pesantren Babakan Mencapai Keemasannya (II-Habis)
Sumber: nucirebon.or.id
NYANTRI--KH. Amin Sepuh bin KH. Irsyad merupakan penerus pengasuh Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin setelah KH. Ismail. Di masa Kiai Amin Sepuh ini menurut catatan buku Meneguhkan Islam Nusantara, Biografi Pemikiran & Kiprah Kebangsaan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj pesantren ini mencapai era keemasannya.
Kiai Amin Sepuh yang masih memiliki keturunan dari Syekh Syarif Hidayatullah memimpin pesantren Babakan sekitar 25 tahun. Pada awalnya, ia hanya santri di Pesantren Babakan. Tetapi ia mendapatkan amanah dari pengasuh KH. Ismail untuk menjadi pemimpin pesantren. Ia juga dinikahkan dengan keponakan KH. Ismail.
Pilihan menikahkan keponakannya dengan Kiai Amin Sepuh keputusan yang tepat karena dia sosok dengan pengatahuan yang luas dan alim. Kiai Amin Sepuh tak sekadar seorang ulama yang fokus mengajarkan santri tentang ilmu agama. Namun ia juga tokoh pejuang dalam melawan penjajah Belanda.
Ia mendukung fatwa jihad KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Fatwa ini yang membakar semangat para santri dan umat Islam di tanah Jawa untuk membantu perjuangan mengalahkan penjajah. Pada 10 November santri dan ulama bergerak melawan agresi militer Belanda di Surabaya. Dan Kiai Amin Sepuh terlibat langsung dalam perlawanan melawan penjajah.
Ia sosok yang alim dan santri dari Syakhona Kholil Bangkalan. Ketika menjadi santri di sana, ia sempat bertemu dengan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Ketika itu, Mbah Hasyim menjadi ustaz untuk membantu Syaikhona Kholil.
Di masa kepemimpinan Kiai Sepuh Amin banyak lahir tokoh-tokoh agama yang kemudian mendirikan pesantren di daerahnya masing-masing. KH. Abdullah Abbas (Buntet), KH. Hannad, KH. Sanusi, KH. Machsuni (Kwitang), KH. Hasanuddin (Makassar) beberapa hasil bimbingan Kiai Sepuh Amin.
Kiai Amin Sepuh meninggal pada 1972. Dan kepemimpinan terus berganti dari generasi ke generasi hingga sekarang. Barangkali puluhan ribu alumni dari pesantren ini dan mengambdi di masyarakat sesuai dengan kemampuannya masing-masing.