Home > Sejarah

Belajar Pergerakan dari Tiga Pendiri NU

Sering terjadi perbedaan pendapat dalam proses menggerakkan organisasi NU di antara KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Chasbullah dan KH. Bisri Syansuri.
Keterangan: KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Chasbullah, KH. Bisri Syansuri.
Keterangan: KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Chasbullah, KH. Bisri Syansuri.

Sumber: alif.id

NYANTRI--Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Chasbullah dan KH. Bisri Syansuri tak bisa dipisahkan dalam berdirinya Nahdlatul Ulama. Tiga ulama ini memiliki peran masing-masing.

Kiai Wahab adalah orang pergerakan. Ia mengerti bagaimana lobi-lobi politik. Sewaktu di Tanah Hijaz, ia mengikuti dinamika perpolitikan tanah air. Ia juga terlibat dalam menggerakan anak muda agar ikut organisasi Sarekat Islam.

Banyak makan asam garam dunia pergerakan, ia sadar bahwa tak hanya dibutuhkan pengetahuan dan fondasi pemikiran saja. Namun juga wadah untuk mengkonsolidasi dan memperluas jaringan.

Ketika Kiai Wahab pulang ke tanah air, tekadnya semakin kuat mendirikan organisasi. Ia pun meminta masukan sekaligus restu kepada gurunya KH. Hasyim Asy'ari. Tetapi KH. Hasyim tak langsung menyetujui.

KH. Hasyim memintanya agar menguatkan konsepnya serta mensosialisasikan kepads pengasuh-pengasuh pesantren di Nusantara. Ia pun melakukan safari selama dua tahun sejak 1924 hingga 1926. Ia menggerakkan teman seperjuangannya di Banjarmasin, Mataram, Lombok, Sulawesi, Sumatera dan Jawa. Teman-temannya saat di Hijaz juga mendukung.

Setelah semuanya matang maka NU dideklarasikan pada 31 Januari 1926. Namun di luar sejarah berdirinya NU itu, ada yang menarik diambil pelajaran dari KH. Wahab Chasbullah, KH. Bisri Syansuri dan KH Hasyim Asy'ari. Mereka tetap kompak meski memiliki pandangan berbeda yang sangat tajam.

Dalam pendahuluan buku "Meneguhkan Islam Nusantara, Biografi Pemikiran & Kiprah Kebangsaan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj" disebutkan Kiai Wahab dan Kiai Bisri sering berbeda pendapat. Hal itu dapat dimaklumi karena berbeda keahlian.

Kiai Wahab menguasai ilmu ushul fiqh, strategi pergerakan dan diplomasi. Adapun Kiai Bisri berpegang kepada dalil-dalil fiqh yang ketat. Kepentingan Kiai Bisri hanya satu untuk menjaga kehati-hatian dalam beribadah maupun bermuamalah. Kendati demikian keduanya tetap berjalan beriringan berkat KH. Hasyim Asy'ari yang sering mendamaikan.

KH. Hasyim Asy'ari punya modal keilmuan yang luas. Ia juga memiliki pengalaman pergerakan yang mempuni sehingga bisa menengahi perbedaan pendapat Kiai Wahab dan Kiai Bisri. Ibarat mobil, Kiai Wahab berperan sebagai penginjak gas, Kiai Bisri sebagai rem. Sedangkan KH. Hasyim pengemudi untuk memfungsikan gas dan rem organisasi.

× Image