Rasulullah Saja Bekerja, Kamu Kok Malas-Malasan
NYANTRI--Sejak kecil Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam sudah belajar bekerja. Dimulai dari menggembala kambing sampai ikut berdagang bersama pamannya, yaitu Abu Thalib untuk pertama kalinya ke syam pada Usia 12 tahun. Akan tetapi pada saat itu, Nabi kembali atas perintah seorang Rahib di Busro karena dikhawatirkan akan terjadi hal yang tidak memungkinkan. Namun beliau kembali ke Syam setelah usianya beranjak 25 tahun dengan menjadi pekerja calon istri beliau, yaitu Siti Khadijah. Hal ini membuktikan jika Bekerja merupakan aktifitas yang mulia yang dicontohkan langsung oleh beliau.
Agama juga memberikan stimulus kepada pengikutnya untuk selalu bekerja dengan mencari pekerjaan yang halal. Dalam al-Qur’an kerap disebutkan bahwa kita harus memakan makanan yang halal. Paling tidak ada empat ayat tentang perintah tersebut. Salah satunya dijelaskan pada Q.S. al-Baqarah (2); 168:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
Ada orang yang mengatakan bahwa kita tergantung pada apa yang dimakan kita. Tidak hanya persoalan kesehatan, makna ini, bisa diartikan secara spiritual. Seorang sufi akan menyedikitkan makan untuk mengekang nafsunya, bahkan mereka berpuasa demi menghilangkan nafsu keburukan sama sekali. Sehingga jalannya menuju kepada Allah menjadi lurus. Alasan lainnya, apa yang kita makan akan masuk menjadi kekuatan dan memperbaharui anggota atau sel tubuh yang rusak. Sehingga seseorang perlu memilih makanan yang halal. Makanan halal hanya didapat dengan cara yang halal. Pekerjaan yang tidak halal mengakibatkan makanan yang kita dapat tidak halal. Semisal mencopet, maka hasil uangnya tidak halal, makanannya tidak halal serta apa yang masuk ke perut kita serta apa yang dipakai kita ikut tidak halal.
Islam merupakan agama yang mengajarkan akidah, syari’ah dan amal. Adapun termasuk di dalam amal adalah pekerjaan di mana seseorang mencari rezqi demi kemakmuran kehidupan seseorang. Maka dari itu, Allah memerintahkan kepada manusia bekerja untuk mencari rezeqi. Dalam Q.S. al-Jum’ah ayat 10 dijelaskan:
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
Islam memerintahkan seseorang untuk bekerja, karena dengan bekerja dapat ditemukan kenikmatan dan keberkahan. Di dalamnya, seseorang dilatih kesabaran, ketekunan serta menggerakkan akal kita. Sebaliknya, seorang pemalas sebenarnya telah mematikan dirinya lambat laun yang tak pernah dia sadari. Salah satu perbedaan antara Rasulullah dan pemimpin lainnya adalah semangatnya dalam bekerja. Ketika Nabi Muhammad hendak diserang oleh kaum Quraish di Madinah. Nabi Muhammad ikut serta menggali parit sebagai jebakan atas musuh. Beliau ikut serta gotong royong tanpa malu berbaur dengan orang-orang yang di bawahnya. Beliau ikut memecahkan batu dengan alat sampai-sampai perut beliau kelihatan
Salah satu kisah dari Salman al-Farisi ketika hendak memerdekakan diri dari majikannya yang Yahudi:
جاء في حديث سلمان الفارسي عن تحرره من رق سيده اليهودي: قال لي رسول الله : كاتب يا سلمان فكاتبت صاحبي على ثلاثة مائة نخلة أحييها له بالحفر و الغرس و أربعين أوقية . فقال رسول الله لاصحابه أعينوا أخاكم، فاعانوني ب النخل، حتى إجتمعت لي ثلاث مئة ودية، فقال لي رسول الله: اذهب يا سلمان فاحفر لها. فاذا فرغت جئته فاخبرته فخرج مع إليها، فجعلنا نقرب إليه الوادي ، و يضعه بيده حتى فرغنا. .........
“Rasulullah berkata kepadaku: Hai salman, tebuslah dirimu! Lalu aku berusaha untuk menebus diriku dari majikanku. Ketentuannya adalah aku harus menanam tiga ratus pohon kurma untuknya yang tanahnya aku garap sendiri, kemudian menambah 40 uqiyah emas. Rasulullah kemudian berkata kepada para sahabat: Bantulah saudaramu ini! Maka mereka membantuku dengan bibit kurma hingga terkumpul tiga ratus bibit. Rasulullah berkata kepadaku: Hai Salman, kerjakanlah dan galilah tanah untuk tanaman itu, bila sudah selesai, pergilah ke majikanmu dan beritahu dia. Kemudian Rasulullah pergi bersamaku ke tempat tanah yang kugali. Aku menunjukkan bibit kepada beliu, kemudian beliau ikut menanam bibit tersebut bersamaku sampai selesai.........”
Cerita di atas merupakan contoh jika Nabi ikut bekerja bersama budak, ia tidak malu dan menyamaratakan manusia semua. Ada beberapa anjuran Nabi dalam bekerja. Seperti dikutip oleh Ahmad Muhammad al-Hufi dalam kitabnya Min Akhlak an-Nabi. Yang mana beliau bersabda:
ما أكل احد طعاما قط خيرا من أن ياكل من عمل يده. و إن نبي الله داود عليه السلام كان يأكل من عمل يده
“Tidak ada orang makan makanan yang lebih baik daripada hasil pekerjaan tangannya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Dawud a.s. makan dari hasil pekerjaannya sendiri.”
Nabi juga bersabda:
إن أطيب ما أكل الرجل من كسبه.
“Sesungguhnya sebaik-baik yang dimakan seseorang adalah hasil pekerjaannya sendiri.”
Dua hadith tersebut menggambarkan jika betapa mulianya orang yang makan dari hasil jerih payahnya sendiri dengan catatan, pekerjaan tersebut dilakukan dengan cara yang benar. Sehingga semua yang kita makan dan pakai menjadi halal. Namun pada era sekarang, banyak sekali orang yang bekerja tidak dengan jalan yang benar. Mereka diberikan kemampuan oleh Allah, akan tetapi disalahgunakan oleh mereka. Sebagai orang muslim seharusnya meniru perilaku Nabi, terutama dari kejujurannya, sehingga beliau disenangi oleh Sayyidah Khadijah al-Kubra dan memperkerjakan beliau, bahkan menjadi suami dari pedagang kaya raya tersebut. Maka janganlah menjadi pemalas, karena Rasulullah pun bekerja mencari Rizqi. Wallahu a’lam.
Sumber:
Disarikan dari Ahmad Muhammad al-Hufi, Min Akhlaq an-Nabi, (Kairo: t.p., 1994), 327.
Ahmad Fatoni