Humor Santri: Umar Tanyai Kapan Nikah, Ali Jawab Annikaahu Santai
Sumber: pesantre.id
NYANTRI--Ali adalah seorang alumni sebuah pondok pesantren. Namun ia tidak dapat menamatkan pendidikannya di pesantren, ia hanya mondok sebentar lalu keluar untuk bekerja. Karena merasa belum banyak ilmu yang dikuasainya, terlebih ilmu nahwu dan shorof, yang baginya cukup memusingkan, akhirnya Ali memutuskan untuk tetap mengaji meski melalui media daring.
Bersama Umar, teman sekontrakannya, ia membeli kitab dan pulpen. Di sela-sela pekerjaannya ia menyempatkan waktu sorenya untuk ikut kajian.
Hari pertama, Ali membuka-buka kitab Tanqihul Qaul Al-Hatsits karya ulama besar Indonesia: Imam al-Nawawi al-Bantani. Ia langsung meloncat ke bab: Fi Fadhilatin Nikah (Tentang Keutamaan Nikah).
“Buka-buka bab nikah, ah,” kata Ali.
Sementara, di tempat yang sama, Umar tengah sibuk menata meja agar nanti lebih nyaman saat memaknai kitab.
“Apa kamu belum ingin segera nikah, Al? padahal usiamu kan sudah berkepala tiga?” tanya Umar.
“Ah, kamu ini. Ini lho, aku lagi baca hadis,” jawab Ali, ketus.
“Hadis? Apa hubungannya kamu lagi baca hadis sama pertanyaanku?” imbuh Umar sembari menengok ke arah Ali, karena merasa ga nyambung antara jawaban Ali dengan pertanyaannya.
“Ini sudah jelas disebutkan hadis: annikaahu santai (النكاح سنتي), nikah itu yang santai. Jadi tak usahlah terburu-buru.” Sambung Ali dengan yakin dan santai.
“Hahahaha,” mendengar jawaban Ali itu, Umar tertawa geli. Umar memang jago dalam ilmu gramatika Arab.
“Dikasih dalil kok malah ketawa?” sahut Ali, bingung.
“Heh, Ali, hadis itu mah bacanya bukan annikaahu santai, tapi annikahu sunnati; nikah itu salah satu sunnahku, artinya: jalan hidup Nabi, gaya hidup Nabi,” jawab Umar, sambil cekikikan.
“Oalah, kupikir kata Nabi: nikah itu santai. Habis tulisannya sama sih. Tak ada harakat nya pula. Jadi aku ya santai-santai saja, hehe" kata Ali, sambil nyengir.
Sumber: pesantren.id
Yofi Suma Bitra