Home > Serba Serbi

BBM dan Kampanye Hemat Energi Masa Nabi Muhammad

Kenaikan BBM dinilai sangat menyulit masyarakat
Seorang pengendara motor sedang mengisi BBM di SPBU
Seorang pengendara motor sedang mengisi BBM di SPBU

Sumber: republika

NYANTRI--Kenaikan harga BBM pada 3 September 2022 kemarin menyorot banyak perhatian publik. Mulai dari kritik sampai demonstrasi yang terjadi di beberapa daerah. Harga BBM pada masa pemerintahan Jokowi lebih fluktuatif ketimbang pada masa kepresiden sebelumnya. Tidak menutup mata, bahwa pada masa kepresiden sebelumnya juga terjadi pasang-surut harga BBM.

Di balik kritik dan demonstrasi atas kebijakan pemerintah akan kenaikan harga BBM yang dinilai menyulitkan kehidupan dan kesejahteraan rakyat, ada sisi yang lebih mengkhawatirkan, yakni ketergantungan kita terhadap bahan bakar fosil tersebut. Ketergantungan masyarakat akan teknologi yang memerlukan bahan bakar fosil tersebut, pada abad ke-21 ini telah mencapai tahap paripurna.

International Council for Local Environmental Initiatives (ICLEI) selaku asosiasi pemerintahan lokal dunia yang berkelanjutan menyatakan bahwa ketergantungan kota-kota di negara berkembang pada bahan bakar fosil masih tinggi. Irvan Pulungan, Country Manager ICLEI Indonesia mengatakan ketergantungan tersebut menyebabkan besarnya kontribusi emisi gas rumah kaca (GRK) dari kegiatan di kawasan perkotaan mencapai 40-70% total emisi global.

Pertambahan konsentrasi emisi GRK di atmosfer akan berdampak pada peningkatan suhu global yang akan menggiring manusia dalam situasi katastrofik. Dengannya, kita harus mulai menghentikan ketergantungan sebelumnya pada alternatif dan pengurangan penggunaan yang sia-sia. Dalam artian, tepat guna pada kebutuhan primer (tidak mubazir).

Sebagai salah satu energi tak terbarukan atau diperoleh dari sumber daya alam yang pembentukannya sampai jutaan tahun, dan jika sumber daya tersebut sudah digunakan akan memerlukan waktu cukup lama untuk menggantinya, maka kemunculan isu kenaikan BBM sering dihadapkan dengan kampanye hemat energi. Dengan sosialisasi penggunaan kendaraan listrik, misalkan.

Sejak kurang lebih 14 abad yang lalu, Nabi Muhammad telah mengkampanyekan penghematan dan ketepatan fungsi alam, baik secara personal pemiliknya maupun kepentingan umum. Salah satunya dengan sering berpesan kepada para sahabat agar mematikan lampu saat tidur di malam hari. Pesan tersebut di antaranya beliau sampaikan dalam hadits riwayat Jabir bin Abdullah berikut:

عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِذَا اسْتَجْنَحَ اللَّيْلُ أَوْ كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ، فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ الْعِشَاءِ فَحُلُّوهُمْ وَأَغْلِقْ بَابَكَ، وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ، وَأَطْفِئْ مِصْبَاحَكَ، وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ، وَأَوْكِ سِقَاءَكَ، وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ، وَخَمِّرْ إِنَاءَكَ، وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ، وَلَوْ تَعْرُضُ عَلَيْهِ شَيْئًا

Artinya, “Dari Nabi saw, beliau bersabda: ‘Bila malam telah tiba maka tahanlah anak-anak kecil kalian (agar tidak keluar rumah) karena setan saat itu sedang berkeliaran. Bila telah berlalu waktu Isya maka silakan lepaskan mereka, tutuplah pintumu dan bacalah nama Allah, matikan lampu dan bacalah nama Allah, tutuplah tempat airmu dan bacalah nama Allah, tutuplah bejanamu meski engkau hanya lintangkan sesuatu di atasnya dan bacalah nama Allah.’” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Salah satu pesan Nabi Muhammad Saw pada hadis tersebut adalah memastikan penghematan bahan bakar lampu dengan memantikannya dengan nama Allah pada malam hari ketika hendak tidur. Dalam redaksi yang berbeda, dapat ditemui pesan Nabi Saw demikian dalam banyak banyak hadis. Hal ini menegaskan pesan tersebut tidak sambil lalu, melainkan dikampanyekan dengan kesadaran maslahat.

Jika melihat asbabul wurud-nya, pesan Nabi untuk mematikan lampu saat malam hari berangkat dari kebiasaan orang Arab yang membiarkan lampu tetap menyala saat tidur. Zaman itu alat penerangan masih menggunakan api, jelas karena belum ada listrik. Akibatnya, pernah terjadi kebakaran karena kelalaian tersebut. Terkait hal ini juga pernah disampaikan Nabi saw dalam sabdanya:

احْتَرَقَ بَيْتٌ بِالْمَدِينَةِ عَلَى أَهْلِهِ مِنْ اللَّيْلِ فَحُدِّثَ بِشَأْنِهِمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ هَذِهِ النَّارَ إِنَّمَا هِيَ عَدُوٌّ لَكُمْ فَإِذَا نِمْتُمْ فَأَطْفِئُوهَا عَنْكُم

Artinya, “Pada suatu malam terjadi kebakaran di satu tempat tinggal penduduk pada Madinah (saat penghuninya tertidur). Lalu hal itu diceritakan pada Nabi Saw. Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya api ini merupakan musuh kalian, karena itu apabila kalian hendak tidur, maka padamkanlah lebih dulu.’” (HR al-Bukhari).

Dapat dilihat konteks dari hadis tersebut berangkat dari kehati-hatian dari bahaya kebakaran. Namun, di sisi lain, faktor tersiratnya adalah kemaslahatan bersama atas penghematan energi tak terbarukan tersebut.

Secara universal, prinsip hemat energi yang disammpaikan Nabi Muhammad Saw. juga menyiratkan agar umat manusia tidak boros dalam melakukan sesuatu yang akan berdampak kerugian pada dirinya sendiri. Hal ini di antaranya didasari firman Allah Swt:

اِنَّ الۡمُبَذِّرِيۡنَ كَانُوۡۤا اِخۡوَانَ الشَّيٰطِيۡنِ ؕ وَكَانَ الشَّيۡطٰنُ لِرَبِّه كَفُوۡرًا

Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS Al-Isra [17]: 27).

Melalui ayat di atas, Allah swt melarang kita untuk berbuat mubadzir, yaitu menggunakan kekayaan secara berlebihan. Penyebutan pelaku mubadzir sebagai teman setan memiliki beberapa alasan. Yaitu karena (1) ia melakukan kerusakan sebagaimana kelakuan setan, (2) melakukan sesuatu atas dorongan hawa nafsu, atau (3) kelak akan dimasukkan ke dalam neraka bersama para setan. (Imam al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 2019: juz V, halaman 181).

Kampanye penghematan energi yang telah dilakukan Nabi Muhammad Saw. pada kurang lebih 14 abad yang lalu haruslah menjadi bahan refleksi untuk menata kembali cara berkehidupan kita saat ini. Wallahu a’lam.

Ibn Abad

× Image