Home > Sejarah

Kesetiaan dan Kecintaan Rasulullah terhadap Khadijah

Rasulullah sering menyebut-nyebut kebaikan Khadijah sampai-sampai Situ Aisyah cemburu
Ilustrasi
Ilustrasi

NYANTRI--Kesetiaan adalah memenuhi apa yang menjadi kewajiban pada dirinya, baik bersifat memelihara atau menunaikan, berupa perjanjian tertulis atau tidak tertulis, atau bukan perjanjian melainkan tugas sebagai fitrah manusia, termasuk setia dalam beribadah kepada Alllah.

Dalam al-Qur’an Allah menjelaskan jika kita harus menepati janji, bukan hanya janji sebagaimana fitrah manusia kepada manusia, termasuk juga janji sebagai orang Islam untuk menyembah Allah Swt. Banyak sekali perintah Allah dalam melakasanana kesetian terhadap apa yang seharusnya dia lakukan, termasuk dalam berjanji. Dalam surat ‘Ali Imran ayat 76, Allah berfirman:

بَلَىٰ مَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ وَاتَّقَىٰ فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ

Artinya: (Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.

Dalam Q.S al-Ra’dhu ayat 20:

الَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَلَا يَنْقُضُونَ الْمِيثَاقَ

Artinya: (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian,

Ayat diatas menggambarkan jika seseorang harus menjadi orang yang menepati janjinya dalam hubungan apapupu yang telah ia perbuat, sehingga kita menjadi orang yang bertakwa. Seagaimana fitrah manusia kita harus memenuhi kewajiban untuk setia kepada janji kita. Termasuk dalam pernikahan, pernikahan adalah perjanjian sepasang kekasih untuk hidup bersama dengan tidak melakukan perbuatan yang dilarang oleh syari’at.

Selama hidupnya Rasulullah setia dan cinta kepada Istri-istrinya. Begitu juga kesetiaannya terhadap Siti Khadijah, beliau selalu mengenang istri beliau yang pertama itu, istri satu-satunya pada saat Siti Khadijah masih hidup. Beliau sering menyebut-nyebut kebaikan khadijah sampai-sampai Siti Aisyah tersulut cemburu.

Aisyah pernah berkata kepada Rasulullah:

“Khadjah tak lain hanyalah wanita tua dan engkau sudah diberi ganti oleh Allah dengan yang lebih baik.” Mendengar itu Rasulullah marah. “Tidak, demi Allah, aku tidak tidak diberi ganti dengan yang lebih baik dari Khadijah. Dia beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkariku; dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakanku; dia membantu aku dengan hartanya ketika orang-orang memboikotku, aku pun dikaruniai anak oleh Allah darinya bukan dari lainnya ”

Apabila diberi hadiah, Rasulullah berkata, “bawalah hadiah ini kepada si Fulan karena dia teman Khadijah dan dia cinta kepadanya.” Bila menyembelih kambing, beliau menghadiahkannya ke teman-teman Khadijah.

Ketika saudara perempuan Khadijah minta izin menghadap Rasulullah, beliau bergembira menemuinya. Ketiak ada seorang perempuan menghadap beliau, beliau tersenyum dan bertanya kepadanya dengan baik. Setelah keluar, beliau berkata: “Sesungguhnya dia sering datang kepada Khadijah dan memenuhi janji adalah sebagian dari agama.”

Begitulah ekspresi kesetiaan Nabi kepada Istrinya, Khadijah. Meskipun sudah meninggal, beliau tidka melupakan kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepadanya, baik berupa sikap atau harta yang telah Siti Khadijah keluarkan dalam membela agama.

Walllahu A’lam

Disarikan dari Ahmad Muhammad al-Hufi, Min Akhlak an-Nabi, (Kairo: t.pt., 1994), hlm. 295.

Ahmad Fatoni

× Image