Membayangkan Gus Dur Kritik PSSI
Dok. Republika
NYANTRI--Sepakbola tanah air kembali ribut-ribut setelah Liga 2 Indonesia musim 2022 dihentikan berdasarkan hasil rapat Komite Eksekuif (Exco) PSSI, Kamis (12/1). Setidaknya disebutkan tiga alasan mengapa Liga 2 dihentikan antara lain karena permintaan klub peserta liga, stadion yang tak memenuhi standar dan perizinan.
Sepakbola adalah olahraga rakyat dan terpopuler di seluruh dunia. Ia disukai oleh berbagai kalangan, mulai dari pejabat, kiai hingga masyarakat biasa. Sehingga sedikit saja disentil dan disakiti maka kegaduhan akan terjadi di seluruh negeri.
Dan ribut-ribut sepakbola Indonesia sudah menjadi pemandangan biasa di republik ini, apalagi jelang perhelatan kongres untuk memilih pimpinan Pengurus Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSS). Maka tak bisa disalahkan jika sebagian pecinta sepakbola menilai ribut-ribut itu bagian dari persaingan politik di tubuh PSSI karena memang demikian adanya, selalu ada riak-riak jelang kongres.
Kembali terjadinya ribut-ribut di sepakbola tanah air, jadi teringat mantan Presiden RI ke-4 KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Seorang kiai yang mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu merupakan sosok yang aktif menulis tentang sepakbola di masa hidupnya.
Dalam banyak artikel disebutkan bahwa Gus Dur telah banyak mengulas olahraga ini dari berbagai sisi. Termasuk membuat analogi-analagi sepakbola dalam menggambarkan perpolitikan Indonesia. Tulisan-tulisan Gus Dur diakui oleh banyak orang sangat tajam, analitik dan jenaka serta blak-blakan.
Gus Dur menuliskan opininya tentang sepakbola bukan sekadar taktikal dan strategi sepakbola tapi juga bisa merambat ke berbagai hal termasuk politik. Sudah banyak artikel yang menyebutkan bahwa Gus Dur sewaktu masih aktif sebagai kolomnis seringkali memberikan kritik kepada PSSI.
“Orang bilang sepakbola ity 75 persen di luar lapangan, dan 25 persen lainnya merupakan puncak dari usaha dari luar lapangan itu. Apakah proporsi semacam itu yang tidak terjadi?,” tanyanya di era awal-awal peleburan Galatama dan kompetisi perserikatan, dikutip dari panditfootball.
Menurut Greg Barton dalam Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid (2011) Kegemaran Gus Dur terhadap sepakbola sudah sejak kecil. Kegemaran ini kemudian menjadi hobi sebagaimana halnya ia hobi membaca buku. Ia sangat suka menonton pertandingan sepakbola.
Wawasannya tentang sepakbola kian meningkat ketika sekolah ke Mesir karena dia sering mengikuti perkembangan sepakola Mesir dan Eropa. Ia mengikuti perkembangan tersebut melalui Koran dan radio. Pengalamannya mengamati perkembangan sepakbola Mesir dan Eropa ini kemudian menjadi modal menulis tentang sepakbola di tanah air dengan kekhasannya. Dan banyak yang mengakui tulisannya gurih, mendalam dan jenaka. Bisa menjurus kepada apa saja dan siapa saja.
Bisa dibayangkan ulasan apa yang akan ditulis Gus Dur tentang persepakbolaan Indonesia andai masih hidup dan aktif menulis. Gus Dur mungkin dengan kejenakaannya akan mengkritik PSSI dan menyindir kegaduhan Liga 2 yang dihentikan oleh Exco PSSI. Tapi ya cukup dibayangkan saja.
Alfatihah untuk Gus Dur.