Home > Umum

Kisah Muslim Keturunan Tionghoa Rayakan Imlek

Imlek tahun 2023 jatuh pada 22 Januari
Pernak-pernik Imlek (dok. Republika)
Pernak-pernik Imlek (dok. Republika)

NYANTRI--Imlek merupakan perayaan penting bagi Tionghoa. Masyarakat Tionghoa merayakannya dengan suka cita ketika menyambutu tahun baru Imlek. Ada banyak ritual-ritual yang digelar di vihara guna memohon kepada para Dewa.

Bagi Tionghoa merayakan Imlek adalah suatu cara melestarikan tradisi leluhurnya. Mereka tidak menganggap Imlek sebagai hari raya agama tertentu. Untuk itu, warga Tionghoa dari agama apapun tetap menyambutnya dengan gembira.

Dwina Agustin perempuan berasal dari keluarga Tionghoa tetap menyambut perayaan Imlek. Menurutnya aktivitas yang dilakukan keluarga biasanya adalah kumpul di suatu tempat untuk makan-makan.

“(Setiap tahun kumpul) iyalah. Cuma saudara-saudara yang lain Kristen dan Konghucu. Cuma keluargaku yang Islam,” kata Dwina saat berbincang dengan nyantri.republika.co.id.

Namun keluarganya tidak mengikuti ritual-ritual yang dilarang dalam agama Islam. Hanya saja dirinya melakukan ziarah terhadap makam nenek dan kakeknya. Ziarah tersebut dia lakukan setiap hari raya Imlek.

Dwina mengungkapkan, dulu, acara kumpul keluarga diselenggarakan di rumah nenek. Karena dia yang memasak makanan. Setelah neneknya meninggal acara kumpul keluarga tersebut dilakukan di restoran.

“Ya buat silaturahmi sama keluarga. Kayak orang lebaran yang kumpul-kumpul keluarga,” kata Dwina.

Dona Karisma Putri (26) adalah salah satu keturunan Tionghoa juga tetap menyambut perayaan Imlek. Dia menerangkan, Ibu dan kakek-neneknya Tionghoa. Ibunya kemudian memeluk Islam ketika hendak menikah dengan laki-laki Muslim.

Setelah menjadi Muslim, kemeriahan menyambut Imlek diakuinya semakin berkurang. Berbeda ketika kakeknya masih muda, suasana selalu ramai. “Kalau dulu kalau Imlek hari raya dia sama kayak Idul Fitri, beli baju, euphoria, berdoa untuk leluhurnya. Ketika Muslim sudah enggak paling kumpu-kumpul saja,” jelasnya.

Setelah kakeknya mulai menua, Dona mengakui kemeriahan menyambut hari raya Imlek di keluarganya mulai memudar. Seluruh keturunannya pun sudah terpecah-pecah, kendati demikian, Dona mengatakan ibunya sering menemui kakeknya tersebut.

“Sekarang saya masih menerima Angpao,” ungkapnya.

× Image