Home > Sejarah

Peran Nyi Mas Ratu Gandasari dalam Penyebaran Islam di Cirebon

Ratu Gandasari adalah perempaun Aceh tapi aktivitas dakwahnya di Cirebon
Ilustrasi (dok.youtube)
Ilustrasi (dok.youtube)

NYANTRI--Kisah tentang penyebaran Islam di Cirebon tak lepas dari sosok yang bernama Pangeran Cakrabuana (Mbah Kuwu). Pangeran Cakrabuana disebutkan adalah satu dari lima nama lain dari Mbah Kuwu. Masyarakat mengenal Mbah Kuwu sebagai uwa’ (paman) dari Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Cirebon sendiri adalah salah satu daerah sentral terkait penyebaran Islam di Jawa Barat.

Pangeran Cakrabuana disebut-sebut sebagai tokoh pertama kali membangun pondasi Islam di wilayah Cirebon. Dia lahir sekitar 1423 Masehi. Pangeran Cakrabuana merupakan tiga bersaudara dari pasangan Prabu Siliwangi dengan Nyai Subang Larang. Dua saudaranya yaitu Raden Kiansantang dan Nyai Rarasantang.

Namun dibalik nama besar Pengeran Cakrabuana dan Sunan Gunung Jati dalam penyebaran Islam di Cirebon, ada sosok perempuan yang juga tak kalah besar perannya. Ia adalah Nyimas Ratu Gandasari. Makamnya hingga kini banyak diziarahi oleh masyarakat.

Dalam beberapa catatan sejarah disebutkan bahwa Ratu Gandasari bukan orang sembarangan. Ia adalah anak angkat dari Pengeran Cakrabuana. Ratu Gandasari merupakan perempuan asal Aceh namun menyebarkan Islam di Cirebon.

Ratu Gandasari juga dikenal dengan kesaktiannya yang mandraguna. Kesaktiannya tersebut tenar hingga ke berbagai negara zaman itu. Kesaktiannya tersebut juga yang melekat pada masyarakat. Namanya tetap harum hingga sekarang dan banyak dikunjungi oleh para peziarah.

Banyak versi yang menjelaskan tentang sosok Ratu Gandasari. Ada banyak kisah yang menerangkan legenda ini antara lain, Ratu Gandasari disebutkan bahwa ia dibawah ke Jawa sejak kecil dan diangkat anak oleh Pangeran Cakrabuana. Nama Nyimas Ratu Gandasari sendiri atas pemberian Sunan Gunung Jati setelah ia menjadi muridnya.

Kesaktian Ratu Gandasari mampu menaklukkan Raja Galuh dari Majalengka yang beragama Hindu. Perannya dalam penyebaran Islam di Cirebon pun semakin besar dan kesaktiannya menyebar luas kala itu. Ia kemudian dinikahkan oleh Sunan Gunung Jati dengan Syekh Magelung yang mengalahkan Ratu Gandasari dalam sebuah sayembara mendapatkan jodoh.

Versi lain tentang Nyimas Ratu Gandasari menyebutkan bahwa ia berasal dari Aceh, adik dari Tubagus Pasei atau Fatahillah, putri dari Mahdar Ibrahim bin Abdul Ghafur bin Barkah Zainal Alim. Kemudian kisah lain menyebutkan bahwa Nyimas Ratu Gandasari merupakan putri Sultan Hud dari Kesultanan Basem Paseh, salah satu murid dari di pesantren Islam putri yang didirikan oleh Ki Ageng Selapandan.

Kecantikan dan kepandaian Ratu Gandasari ini dikisahkan mampu menipu pangeran Raja Galuh yang beragama Hindu yang kemudian menjadi raja bernama Raja Cangkraningrat. Cangkraningrat konon menyukai Ratu Gandasar dan berniat menjadikannya istri.

Cangkraningrat diceritakan sempat mengajak Ratu Gandasari berkeliling kerajaan bahkan sampai ke tempat-tempat rahasia. Situasi ini dimanfaatkan oleh Pangeran Cakrabuana, orang tua angkatnya untuk menaklukkan Raja Galuh.

Kisah tentang Nyimas Ratu Gandasari membawa berkah bagi Cirebon hingga saat ini. Makam Ratu Gandasari yang terletak di lahan tertutup seluas 5x5 m dengan ukuran makam 170x60x73 cm ini menjadi salah satu daya tarik wisatawan. Sehingga membawa manfaat bagi masyarakat setempat, khususnya meningkatkan perekonomian mereka.

Bagi para peziarah banyak peninggalan-peninggalan dari Nyimas Ratu Gandasri yang bisa dinikmati ketika berkunjung. Peninggalan tersebut berupa Sumur Dalem, Sumur Kejayaan, Lebak Sungsang, serta lumbung padi yang terbuat dari kayu jati tua.

Namun tak banyak literatur yang menjelaskan secara detil tentang sosok Ratu Gandasari ini. Namun yang pasti, namanya sudah melegenda dalam kisah-kisah penyebaran Islam di wilayah Cirebon, Jawa Barat. Terutama tentang sosoknya yang cantik serta kesaktiannya yang mandraguna.

× Image