Home > Serba Serbi

Ketika Abu Nawas Meminta Bantuan Malaikat Langit

Abu Nawas adalah seorang penyair dan sufi. Ia dikenal dengan kecerdikan dan humornya.
Ilustrasi Abu Nawas (dok. Wikipedia).
Ilustrasi Abu Nawas (dok. Wikipedia).

Oleh: Dimas Sigit Cahyokusumo Alumni Program Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik UGM

NYANTRI--Dikisahkan ada seorang pencuri yang gemar melakukan aksinya di kota Baghdad. Padahal sang pencuri seringkali tertangkap tangan oleh warga. Namun, ia tidak pernah kapok dengan perbuatannya. Pernah suatu kali ia mencuri di rumah salah seorang saudagar kaya saat tengah menjarah barang-barang berharga, ia terpergok oleh si pemilik rumah. Saudagar kaya tersebut segera berteriak minta tolong.

Mendengar ada teriakan para warga langsung berlarian menuju rumah saudagar kaya tersebut. Mereka lalu mengepung si pencuri agar tidak bisa melarikan diri. Tapi anehnya si pencuri tampak terlihat tenang. Ia sama sekali tidak ada niatan untuk lari dari kepungan warga, justru ia malah menghampiri warga yang mengepungnya. Tentu saja warga langsung menangkapnya bahkan ada beberapa orang yang hendak memukulnya.

Di saat itulah datang Menteri istana untuk mengamankan si pencuri. Kalian tidak boleh main hakim sendiri, jangan sampai ada yang memukulinya. Tapi ia sudah seringkali mencuri tuan menteri, jawab para warga. Melihat emosi warga yang mulai tidak terbendung tuan Menteri lalu berkata, kalua ada yang berani menyakiti sang pencuri ini. Saya tidak segan-segan menghukum kalian. Kalian boleh menghukum atau melempar batu pencuri ini, tapi ada syaratnya.

Apa itu syaratnya? Syaratnya adalah siapa yang tidak pernah memiliki kesalahan boleh memukul atau melempari batu ke sang pencuri. Dengan persyaratan tersebut para warga hanya terdiam. Sebab mana mungkin ada manusia yang tidak punya salah. Bahkan anak kecil yang tidak berdosa pun pasti pernah melakukan kesalahan. Akhirnya para warga membubarkan diri, sementara si pencuri dibawa oleh tuan Menteri dengan dalih akan diproses dipengadilan.

Tetapi kenyataannya di tengah jalan, sang pencuri malah dibebaskan dan disuruh pulang. Usut punya usut ternyata sang pencuri adalah sahabat karibnya tuan menteri. Beberapa hari kemudian, si pencuri kembali melakukan aksinya. Dan setiap kali ketangkap warga, tuan menteri selalu datang untuk menolong. Begitulah seterusnya, hingga suatu ketika sang pencuri mendatangi rumah Abu Nawas. Kebetulan saat itu Abu Nawas baru saja mendapat hadiah emas dari baginda raja. Ketika sang pencuri masuk ke dalam rumah dan hendak mengambil emas tersebut. Abu Nawas keburu melihatnya.

Hei pencuri kurang ajar, ucap Abu Nawas. Bukannya kabur sang pencuri malah dengan tenangnya berjalan keluar meninggalkan Abu Nawas. Hal ini membuat Abu Nawas bertambah emosi, ia lantas langsung memukulnya. Sang pencuri pun teriak kesakitan, mendengar ada keributan di rumah Abu Nawas. Para warga pun segera berdatangan, ada apa Abu Nawas? Tanya para warga. Orang ini hendak mencuri rumahku, jawab Abu Nawas. Lagi-lagi dia seakan tidak ada kapoknya, kata seorang warga.

Tidak lama lagi pasti akan dibebaskan tuan menteri, kita hukum saja ramai-ramai, ucap warga yang lain. Tapi sayangnya niat tersebut tidak terlaksana, sebab tuan menteri dan para pengawalnya segera mendatangi kediaman Abu Nawas. Tuan menteri lalu mengamankan sang pencuri dengan melepaskannya dari tangan warga. Si pencuri kini berdiri disamping tuan menteri, sudah saya peringatkan berkali-kali kalian boleh main hakim sendiri kalua ada yang berani menyakitinya saya tidak segan-segan menghukum kalian, ancam tuan menteri kepada warga.

Tapi bagi siapa saja yang tidak memiliki kesalahan selama hidupnya boleh memukulnya atau melemparinya batu. Mendengar itu, para warga pun hanya bisa terdiam. Namun, tidak dengan Abu Nawas, diam-diam Abu Nawas mengambil dua batu besar. Batu tersebut lalu dilemparkannya ke arah langit secara bersamaan. Saat dua batu tersebut kembali turun ke bawah, masing-masing mengenai kepala si pencuri dan tuan menteri. Sontak sang pencuri langsung pingsan, dari kepalannya keluar darah. Begitu juga dengan kepala tuan menteri. Meski ia tak pingsan, ia mengalami sakit yang luar biasa.

Kurang ajar siapa yang berani berbuat lancang melempar batu, teriak tuan menteri. Karena para warga pada takut, akhirnya para warga menunjuk Abu Nawas. Tuan menteri kemudian membentak Abu Nawas tetapi Abu Nawas kemudian menjawab, salah saya dimana? Jawab Abu Nawas. Kamu telah melempar batu kepada saya, jawab tuan menteri. Oh itu, bukankah tadi tuan menteri mengatakan sendiri siapa saja yang tidak pernah bersalah selama hidupnya. Boleh melempari si pencuri dengan batu, jawab Abu Nawas.

Jadi kamu merasa tidak pernah berbuat salah. Jangan sok suci kamu Abu Nawas. Justru itu, karena saya orang yang pernah berbuat salah, makanya saya minta bantuan malaikat di langit. Saya berikan dua batu dengan cara melemparkannya ke atas. Ketika malaikat langit mengembalikan batu itu ke bawah. Ternyata yang kena bukan hanya pencurinya tetapi tuan menteri juga ikut kena. Mungkin malaikat langit lebih tahu bila selama ini tuan menteri bersekutu dengan sang pencuri, jawab Abu Nawas.

× Image