Humor Santri Mbeling: Cara Cerdik Mehonk Hindari Hukuman Subuh Berjamaah
NYANTRI--Sudah menjadi kebiasaan menjelang subuh, pengurus pondok berkeliling ke kamar-kamar untuk membangunkan seluruh santri. Ada yang susah bangun, ada pula yang langsung bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu’ lalu segera menuju masjid menanti shalat berjamaah yang dipimpin kiai.
Terdengar suara pengurus dari halaman pondok dengan volume lumayan kencang. Mereka berlima adalah bagian keamaan, berpencar menuju kamar-kamar santri dari blok 1 hingga blok 10.
“bangun, bangun, bangun, bangun,”
“subuh, subuh, subuh, subuh, subuh,”
Mendengar sayup-sayup suara itu, Mehonk, sang santri mbeling bergegas mengambil baju koko dan kopyah hitamnya. Sajadahnya ia taruh di atas kopyah lalu digulungkan hingga menutupi kepala. Mehonk tak menuju ke kamar mandi untuk mengambil wudhu’. Ia justru duduk merunduk di depan kamarnya dengan perlengakapan alat shalat , LENGKAP!.
Ya Mehonk memang santri cerdik kalau urusan menghindari hukuman dari pengurus pondok. Ia selalu punya cara terbaru. Tetapi cara dengan pura-pura siap menuju masjid untuk melaksanakan shalat subuh hampir selalu ia praktikkan setiap hari.
Hukuman bagi santri yang tak ikut shalat subuh sebanyak tiga kali berturut-turut memang berat. Mereka akan disuruh menguras comberan kamar mandi pondok yang biasanya penuh dengan sampah plastik. Mehonk tak ingin mendapatkan hukuman itu.
“Hong, jangan tidur lagi,” sapa salah satu pengurus keamanan.
“Iya,” jawab singkat Mehonk setegah sadar.
Waktu menunjukkan pukul 3.30 WIB dini hari. Itu artinya subuh tinggal lima menit lagi dan seluruh santri diwajibkan harus sudah membentuk shaf di masjid. waktu itulah, terlihat ketergesa-gesaan santri beranjak ke masjid. Tetapi mereka biasanya bukan santri yang masuk ke dalam kategori mbeling.
Jarang sekali santri-santri mbeling tergesa-gesa menuju masjid. Mereka biasanya santai di depan kamarnya menunggu sampai kiai tiba. Termasuk Mehonk. Tak ada ceritanya Mehonk berada di shaf terdepan setiap jamaah subuh. Dia selalu ada di barisan belakang. Itupun posisinya di pinggir jendela agar bisa merebahkan tubuhnya.
Suara gemuruh santri di dalam masjid tiba-tiba senyap. Itu menandakan kiai sudah tiba dan sesaat lagi shalat subuh akan segera dimulai. Pengurus keamaan pondok biasanya menyisir lagi ke kamar-kamar untuk memastikan seluruh santri ikut berjamaah.
Mehonk yang masih duduk bersila dan merunduk di depan kamarnya tiba-tiba terbangun begitu mendengar suara sayup pengurus dari arah masjid. Ia beranjak dari tidurnya. Tanpa mengambil wudhu’, ia langsung ikut di shaf shalat paling belakang mengikuti gerakan shalat yang sudah masuk bagian ruku’ rakaat pertama.
Apa yang dilakukan Mehonk hampir setiap hari ia lakukan. Ia biasanya shalat subuh lagi di kamar usai turun dari masjid.
“Hong, ayo ngaji,” ajak teman kamarnya untuk mengikuti jadwal Fathul Qarib.
“Duluan, mau shalat subuh dulu,” jawab Mehonk.