Humor Santri (5): Musta'in Disupiri Pengasuh
NYANTRI--Musta’in adalah seorang supir, Kiai. Tentu ke mana-mana akan sibuk dengan Kiai. Karena padatnya acara, terkadang Musta’in harus pintar-pintar mencari waktu untuk istirahat. Akan tetapi, jika tidak dia akan sangat capek.
Hari ini Musta’in sedang berada di Semarang. Sedang mengantar Abah Yai yang menghadiri acara pemerintah Provinsi. Dia tak punya waktu untuk istirahat sejak tadi malam. Karena Abah harus menghadiri acara di beberapa tempat sejak tadi malam di kota lainnya.
Rencananya, setelah dua jam mengisi acara pemprov, Musta’in akan melintas kembali menuju Tuban Jawa timur, di sana dia akan mengantar Abah menghadiri acara pernikahan keluarga besarnya. “Nanti masih ke Tuban jam dua ya, Mus. Ada acara nikahan.” Ucap Abah kepada Mustain sebelum keluar dari mobil menuju acara.
Mustain berencana akan istirahat sebentar di mobil. Abah juga mengerti kepadanya, agar tidur saja di mobil. Selama dua jam menunggu, entah kenapa dia belum puas tidur. Bahkan merasa masih kurang. Seseorang membangunkannya, karena Abah sebentar lagi akan keluar. Dia pun segera menyiapkan mobil agar Abah tidak jauh ketika masuk.
Beberapa menit kemudian, Abah keluar dari gedung acara dan langsung berpamitan. Musta’in sudah menyiapkan mobilnya.
“Musta’in, kamu sudah tidur tadi?” Tanya Abah.
“Sudah, Bah.”
“Sudah puas tidurnya? Kok sepertinya masih mengantuk.” Kata Abah menyelidik.
“Sudah,Bah.”Jawab Musta’in. Tapi dia tidak bisa berbohong, matanya memerah, tandanya dia belum puas tidur.
“Biar aku yang nyetir.” Kata Abah meminta kunci mobil.
Namun Musta’in kurang enak memberikan kuncinya kepada Abah. Tapi Abah terus memaksa. Akhirnya dia berikan kunci itu.
“Kamu tidur di belakang.” Perintah Abah. Kemudian ia masuk ke mobil.
“Enggeh, Bah.” Dia menyusul ke mobil di pintu belakang. Dia berniat untuk-untuk cepat tidur, karena nanti di tengah perjalan akan menggantikan beliau menjadi supir.
Mobil Abah melesat dengan kencang. Menembus udara panas siang itu. Jam dua Abah harus tiba di Tuban. Sementara di tengah perjalanan Musta’in sudah tertidur pulas. Abah menyetir mobil dengan sedikit cepat. Takut tidak sampai ke tempat acara dengan tepat waktu.
Pas jam dua, mereka sudah sampai. Abah keluar dari mobil dan langsung masuk ke tempat acara, karena acara sudah dimulai. Dia tidak membangunkan Musta’in yang sedang pulas tertidur. Nampak dia sedang ngorok di belakang. Seharusnya Abah sudah membangunkan tadi di perjalanan. Agar Musta’in yang menggantinya menjadi supir. Mung ia sangat kasihan pada santrinya tersebut. Akhirnya membiarkan Musta’in tertidur sepanjang perjalanan.
Beberapa saat, Musta’in bangun. Dalam pikirannya, dia tidak tahu jika Abah sudah keluar sejak tadi. Karena sukmanya yang belum berkumpul, dia keluar hendak menyetir mobil hendak menggantikan Abah. Di luar, seseorang tukang parkir menegur.
“Kang, mau ke mana?” Tanya orang itu.
“Mau nyupiri, Abah.” Kata Musta’in dengan setengah sadar.
“Lha, itu Kiai sudah masuk.”
Dia kaget, ternyata, Abah nyetir mobil dari Semarang sampai Tuban dan dia tidak sadar sama sekali. Karena begitu capeknya.
Penulis: Ahmad Fatoni