Home > News

Resensi: Panduan Menjadi Konten Kreator Bagi Santri

Era digital menuntut santri mengikuti perkembangannya. Jika tidak akan tertinggal. Santri juga bisa menjadi konten kreator di era digital.

Judul : Kitab Medsos, Rujukan Bagi Santri untuk Menjadi Kreator Konten

Pengarang : AISNU

Penerbit : Kemenag

Tanggal Penerbit : 2021

ISBN : 978-623-6782-34-7

NYANTRI--Kitab medsos merupakan buku yang disusun oleh Arus Informasi Santri Nusantara (AISNU) sebagai buku panduan bagi santri yang ingin terlibat menjadi kretor konten. Karena pada zaman belakangan ini, santri sangatlah mudah untuk ikut berperan mengisi beranda media sosial. Setiap santri mempunya hak sepenuhnya hidup mereka dalam media sosial. Maka sangat disayangkan apabila hadirnya media digital tersebut tidak dimanfaatkan dengan sangat baik.

Menurut Dr. H. Waryono Abdul Ghafur, M. Ag bahwa buku ini mengajak kepada semua kalangan, khususnya santri agar melek literasi digital dengan baik, terutama bagi santi yang ingin menjadi konten kreator. Ungkapan tersebut sesuai dengan fakta masyarakat, jika santri sebagian besar kurang memperhatikan media sosial sebagai media digital yang baik. Maka, santri cendrung tidak memanfaatkan media tersebut sebagai penyalur pengetahuan basis mereka, yaitu kepesantrenan.

Semisal, menjadikan media sosial sebagai sarana dakwah atau mengenalkan kegiatannya selama di pondok. Sehinga media sosial menjadi nilai positif. Maka, pengambil alihan media sosial dan media digital lainnya menjadi proyek besar bagi Nahdlatul Ulama belakangan ini. NU mendirikan media informasi saingan, berupa website, Youtube dan penyiaran tv untuk mengendalikan informasi islam sempalan atau radikal yang berseliweran dalam media digital.

Dalam buku Kitab Medsos, pembaca akan dihidangkan tentang panduan menggunakan media sosial dengan baik. Di dalamnya dijelaskan secara rinci dilengkapi gambar-gambar untuk memahamkan pembaca. Misalnya ketika berbicara tentang literasi digital santri, santri dituntut untuk melek literasi tidak hanya dalam bidang keagamaan yang tertera dalam kitab turath, akan tetapi teks-teks yang tertera dalam internet. Sekarang internet menjadi rumah baru bagi pembaca. Sehingga sama dengan di dunia nyata. Banyak sekali penipuan yang terjadi, yang dikenal dengan Hoax. Berita bohong. Berita seperti ini juga bisa terjadi pada teks-teks keagamaan, pengetahuan umum dan lainnya. Sehingga perlu kiranya seorang santri melek terhadap itu semua.

Hal itu kaitannya dengan santri yang menjadi objek saja, bagaimana dengan santri yang posisiya sebagai subjek. Mereka membuat konten, menyediakan informasi atau berdakwah dalam media social. Kitab Medos membahas tema tersebut di dalamnya.

Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan, karena media social tak ubahnya hidup dalam realitas social. Santri tidak dapat se’ena’ dewe di dalamnya. Ada etika terentu yang dibuat (mungkin bisa tidak disengaja). Semisal dalam bermedsos santri tidak boleh memakai media dengan pola pendominasian, ketidakadilan serta diskriminatif, konstruksi maskulinitas dan feminitas, seksisme, bodyshaming.Terkait dengan larangan yang harus dihindari tersebut terdapat kaitannya dengan faktor internal santri itu sendiri (sifat atau karakter) atau faktor eksternal. Faktor eksternal inilah yang perlu dijaga juga dalam media social.

Setiap hari, bahkan setiap jam, trending topic selalu berganti sehingga santri mendapat informasi secara cepat. Sehingga perlu penyaringan, diantara caranya yaitu cerna dan tabayyun. Selain itu santri harus berani mengklarifikasi berita hoax apabila mengetahui mana berita valid dan tidak.

Dalam hal ini, seorang santri juga harus bisa menganalisis konten-konten yang terdapat di media. Menurut Malcom X, “Media adalah entitas paling kuat di atas bumi ini karena mereka mengontrol pikiran masyarakat”. Kondisi media global di Indonesia, secara umum aik gila-gilaan. Dalam menganalisis media seseseorang sebenarnya bisa melalui cek label media. Salah satu contohnya label media bisa dilihat berdasarkan warna, misalnya jika warna hijau bisa dikategorikan sebagai media kebangsaan atau moderat seperti NU dan sebagainya, atau seorang santri bisa melihat dari konsistensi sebuah media, serta keredaksian di dalamnya.

Selanjutnya, dalam Kitab Medsos ini, seorang santri meilhat media social harus memandang dengan kaca mata masa depan, misalnya dalam bidang dakwah, menjadikan media sosial sebagai tempat penyampaian ilmu keagamaan sesuai bidang yang mereka kuasai. Ambil contoh, dari kalangan santri bisa diwakili dengan NU Online atau islami.co. Dalam aspek lainnya, misalnya dalam peluang ekonomi, jualan online di marketplace misalnya.

Kontribusi santri tidak dibatasi dengan besar-kecilnya pengaruh atau dampak positif terhadap dirinya dan orang lain. Ketika melihat media online atau media social dengan viewer dan tanggapan pembaca yang tinggi seorang terkadang berpikir bagaimana mereka sangat kreatif dalam bermedia (How to make creative idea). Dalam buku ini disajikan dengan detail bagaimana cara mengembangkan ide kretif dalam memproduksi konten di media. Terdapat tiga inti, yaitu mengasah coginitive Fkexibility/flexibility thinking yaitu cara berpikir secara fleksibel, selain itu mencari momentum kreatif, selain itu yang paling penting adalah memahami ways of thinking, seseorang harus menggunakan pikirannya untuk memecahkan suatu masalah. Ketiga itu penting dipakai ketika menggali ide kreatif dalam konten media.

Yang terakhir, bisa dikata, bagaimana cara menarik pembaca agar selalu stay melihat atau membaca konten yang dibuat oleh santri. Hal ini bisa membaca keadaan yang terjadi saat ini jika hal itu berkenaan dengan hal informatif. Kemampuan digital story telling juga berpengaruh. Semisal memotret suatu keadaan yang dramtis atau menyentuh hati, seseorang santri haru mempunyai kemampuan tersebut. Sehingga mereka nyaman membaca konten yang dibuat oleh santri.

Bagian paling penting dalam media juga adalah algoritma, pembahasan ini ada pada bagian akhir buku Kitab Medsos ini membahasnya bahwa sistem algoritma membaca dari sebuah alur informasi yang sering diketik dalam mesin pencarian di media. Kunci dari algoritma adalah banyaknya keyword (kata kunci), banyaknya konten atau database yang diupload di internet.

Buku ini sangat cocok untuk santri dalam mengembangkan ide kreatifnya dalam media. Sehingga tidak hanya menjadi objek akan tetapi menjadi subjek. Perkembangan media sosial sangat cepat. Manusia, termasuk santri tidak lepas dari arus media tersebut. Sehingga perlu mendorong dirinya (santri) untuk menjadi konten kreator.

Peresensi: Ahmad Fatoni

× Image