Sumber Foto: Republika

NYANTRI--Ramadhan tinggal menghitung hari. Umat Islam di dunia akan melaksanakan ibadah puasa satu bulan penuh. Jelang momen itupula selalu muncul perdebatan mengenai perlukan warung makan ditutup di siang hari atau tetap buka.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bekasi beberapa hari lalu meminta agar pemilik usah kuliner seperti restoran, kafe dan rumah makan ditutup pada siang hari. Mereka juga meminta hiburan malam ditutup selama bulan suci ramadhan. Kendati demikian permintaan itu menuai banyak perdebatan di masyarakat.

Ketua Majelis Ulama (MUI) Pusat KH. Cholil Nafis justru memilki pandangan berbeda dengan MUI Kabupaten Bekasi. Menurutnya tak perlu warung makan ditutup karena tak semua umat Islam melaksanakan ibadah puasa.

“Karena juga ada orang Muslim yang berhalangan berpuasa atau mendapat rukhshah (keringanan) tidak berpuasa. Di bulan ramadhan warung-warung tidak usah tutup tetapi jangan “ngebkak”/ secara terbuka makan dan minum di depan orang-orang yang sedang menjalankan ibadah puasa,” kata Kiai Cholil kepada republika, Selasa (29/3).

Seperti diketahui Muhammadiyah telah mengeluarkan keputusan bahwa awal ramadhan jatuh pada Sabtu (2/4). Sedangkan pemerintah akan menggelar sidang isbat penentuan awal Ramadhan 1443 Hijriyah, Jumat (1/3).

Awal ramadhan tahun ini kemungkinan akan terjadi perbedaan antara Muhammadiyah dengan pemerintah dan Nahdlatul Ulama. Menurut Ketua Pengurus Wilayah Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama Jawa Timur KH. Shofiullah atau Gus Shofi secara astronomi pada 1 April ketinggian hilal tak sampai tiga derajat yakni hanya dua derajat lebih. Artinya jika pun salah satu atau lebih dari tim pemantau hilal melihat hilal bisa jadi pemerintah tak akan mempertimbangkan sehingga memutuskan awal ramadhan jatuh pada Ahad (3/3).