Gus Yahya Apresiasi Pemerintah Izinkan Mudik Lebaran
Sumber Foto: Republika
JAKARTA--Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengapresiasi pemerintah membuka peluang adanya mudik bersama tahun ini. Pemerintah mengizinkan masyarakat mudik lebaran dengan syarat harus vaksin booster.
Kendati demikian Gus Yahya mengingatkan agar protokol kesehatan harus tetap dijaga. Pasalnya, pandemi Covid-19 belum berakhir. Penyebarannya masih tinggi meskipun perlahan mulai dapat dikendalikan.
"Namun demikian, karena Indonesia belum keluar dari status pandemi Covid-19, maka berdisiplin dalam menjaga protokol kesehatan, bisa berguna bagi terciptanya situasi yang kondusif dalam beribadah. Kalau trendnya terus menurun, insyaallah kita akan akan mudik bersama lagi tahun 2020 ini," ujar Gus Yahya dalam keterangan persnya yang diterima nyantri.republika.co.id, Sabtu (2/4).
Menurut putra KH Cholil Bisri itu, jika mudik bersama tahun ini dapat dilakukan, maka itu akan jadi ukuran tentang kelanjutan status pandemi Covid-19 ke depan. Ia berharap pascamudik tak terjadi lonjakan kasus sehingga kehidupan kembali normal.
Gus Yahya juga berharap umat Islam Indonesia dapat melaksanakan puasa ramadhan dengan khusyuk. Mengingat situasi masih pandemi, ia mengingatkan agar tetap menjalankan protokol kesehatan.
"Saya ingin berbagi rasa bahagia bersama warga nahdliyin, kaum muslimin di Indonesia dan segenap kaum muslimin di dunia, atas datangnya bulan Ramadhan. Baik mereka yang sudah mulai melakukan puasa Ramadhan pada hari ini atau yang baru akan berpuasa besok hari. Semoga kita dapat memperoleh hikmat yang sebesar-besarnya sehingga dapat menaikkan derajat taqwa," kata Gus Yahya.
Mengenai perbedaan penentuan 1 ramadhan, Gus Yahya mengajak jangan menjadikan penyebab perpecahan. Pasalnya umat Islam Indonesia sudah terbiasa dengan perbedaan.
"Secara pribadi maupun sebagai Ketua Umum PBNU, saya ucapkan selamat beribadah di bulan suci Ramadhan. Saya berpesan agar warga nahdliyin terus berikhtiar dan menambah frekuensi ibadah Ramadhannya, mengikuti ajaran para guru, kiai, ulama dan habaib yang biasa dilakukan di lingkungan NU," tuturnya.