Ini 14 Kriteria Khas Aswaja Ala NU
2. Menjadikan Al Quran dan As-Sunnah sebagai dua sumber pokok syariat Islam dan menerima dua sumber yang lahir dari keduanya yakni ijma’ dan qiyas.
3. Memahami syariah Islam dari sumber Al Quran dan As-Sunnah melalui:
- Sanad (sandaran) para sahabat Nabi SAW. Yang merupakan pelaku dan saksi ahli dalam periwayatan hadis serta manhaj seleksinya dan berbagai pemikiran yang diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas tasyri’ (penetapan hukum syar’i) setelah beliau wafat. Mereka terutama empat sahabat yang disebut Nabi SAW sebagai Al Khulafa’ al Rasyidun telah menyaksikan langsung dan memahami dengan cermat pelaksanaan tasyri’ yang dipraktikkan Nabi SAW.
- Sanad dua generasi setelah sahabat yakni tabi’in dan tabi’it tabi’in yang telah meneladani melanjutkan tugas tasyri’. Mereka telah mengembangkan perumusan secara kongkrit mengenai prinsip-prinsip yang bersifat umum, kaidah-kaidah ushuliyyah dan lainnya. Mereka adalah para imam Muhtahid, Imam Hadis dan lainnya.
4. Memahami Al Quran dan As-Sunnah secara menyeluruh berdasarkan kaida-kaidah yang teruji ketepatannya dan tidak terhadi mu’aradlah (pertentangan) antara satu nash dengan nash yang lain. Dalam hal ini diterima dan diakui:
- Empat imam mujtahid termasyhur sekaligus imam madzhab fikih dari kalangan tabi’in dan tabi’it tabi’in yang telah merumuskan kaidah-kaidah ushuliyyah dan menerapkan dalam melaksanakan tasyri’ yang kemudian menjadi pedoman bagi generasi berikutnya sampai sekarang. Empat mujtahid besar antara lain Imam Abu Hanifah An-Nu’man ibn Tsabit (80-150 H), Imam Malik Ibn Anas (93-173 H), Imam Muhammad ibn Idris Asy-Syafi’I (150-204 H) dan Imam Ahmad ibn Hanbal (164-241 H).
- Para Imam Madzhab Aqidah seperti Abu Hasan Al-Asy’ari (260-324 H) dan Abu Mansur Al-Maturidi (W.333 H).
- Keberadaan tasawwuf sebagai ilmu yang mengajarkan teori taqorrub (pendekatan) kepada Allah SWT melalui aurad dan dzikir yang diwadahi dalam thariqah sebagai madzhab selama sesuai dengan syariah Islam. Dalam hal ini menerima pada Imam tasawwuf seperti Imam Abul Qasim Al-Junaid al-Baghdadi (W.297 H) dan Abu Hamid al-Ghazali (450-505 H).
5. Melaksanakan syariah Islam secara kaffah dan tidak mengabaikan sebagian yang lain.
6. Memahami dan mengamalkan syariah Islam secara tawassuth (moderat) dan tidak ifrath dan tafrith.
7. Menghormati perbedaan pendapat dalam masalah ijtihadiyah dan tidak mengeklaim bahwa hanya pendapatanya yang benar, sedangkan pendapat lain dianggap salah.