Home > Sejarah

Tsuwaibah, Ibu Susuan Nabi Muhammad, Budak Abu Lahab

Rasullah memiliki banyak ibu susuan. Dan kontribusi mereka dalam perkembangan Muhammad muda sangat besar
ilustrasi (dok. republika)
ilustrasi (dok. republika)

NYANTRI--Bangsa Arab memiliki tradisi ketika ada seorang anak yang baru lahir yaitu mencarikan ibu susuan dari kabilah lain. Hal tersebut dialami oleh Rasulullah SAW ketika baru saja lahir. Karena itu, rasulullah disusui oleh banyak perempuan.

Prof Muhammad Ridha dalam Sirah Nabawiyah mengatakan tradisi tersebut bertujuan agar ibu kandung dari bayi tersebut lebih cepat melahirkan anak lainnya. Selain itu, bayi tersebut agar lebih fasih dalam berbahasa Arab.

Para perempuan yang menyusui rasulullah tidak bisa dikesampingkan peranannya dalam perkembangan Muhammad kecil. Pasalnya, dia telah memberikan asinya sebagai kebutuhan bayi. Disamping itu, dia juga mengasuh rasulullah ketika masih bayi.

Tsuwaibah adalah salah satu perempuan yang menyusui rasulullah. Meskipun tercatat tak begitu lama dalam mengasuh rasulullah, namun atas perannya, dia dihormati oleh rasulullah. Bahkan Tsuwaibah dianggap sebagai ibu oleh rasulullah.

Tsuwaibah memiliki nama lengkap Tsuwaibah Al-Aslamiyah. Dia merupakan budak perempuan milik paman rasulullah, Abu Lahab. Tsuwaibah dimerdekakan oleh tuannya ketika mendengar berita tentang kelahiran Muhammad, tepatnya beberapa hari sebelum kedatangan Halimah As-Sa’diyah.

Halimah As-Sa’diyah juga perempuan yang mencari bayi susuan. Dia berasal dari Bani Sa’ad yang dating ke Makkah untuk mencari bayi susuan lalu memutuskan mengambil Muhammad. Sebelum kedatangan Halimah tersebut Tsuwaibah mengasuh dan menyusui rasulullah.

Baca Juga: Gus Dur Niat Bikin Open House Tampung Masukan, Tapi Malah Tampung Keluhan

Karena proses menyusui yang sebentar, maka tak banyak penjelasan tentang Tsuwaibah. Dalam “Sejarah Hidup Muhammad” karya Muhammad Husain Haekal mengisahkan tentang prosers Muhammad diserahkan kepada Tsuwaibah.

Ketika Muhammad lahir, Aminah (ibu Muhammad) menunggu untuk menyerahkannya kepada salah seorang keluarga Sa’ad yang akan menyusinya. Hal tersebut sebagaimana tradisi bangsawan Arab di Makkah. Tradisi tersebut masih berlaku di lingkungan bangsawan Makkah ketika itu.

Biasanya mereka mengirimkan anaknya ke pedalaman dan baru kembali ke kota sesudah umur delapan atau sepuluh tahun. Bani Sa’d sudah terkenal menyusukan anak-anak. Dalam proses menunggu kedatangan perempuan dari Bani Sa’d itu, Aminah menyerahkannya kepada Tsuwaibah.

“Ia disusukan selama beberapa waktu, seperti Hamzah yang kemudian disusukannya,” kata Husain.

× Image