Home > Serba Serbi

Jejak Jalaluddin Rumi di Yogyakarta

Jalaluddin Rumi adalah terkenal sebagai penyair Sufi sekaligus ulama. Kisahnya sangat terkenal dalam khazanah Islam

Jejak Maulana Jalaluddin Rumi di Tanah Mataram Yogyakarta

Sama seperti kebanyakan pemuka agama yang berasal dari Timur Tengah untuk berdakwah di Nusantara. Jalaluddin Rumi juga tidak ketinggalan untuk berdakwah menyampaikan ajaran-ajaran “cinta”nya ke bumi Mataram. Tetapi berbeda dengan para pemuka agama atau tokoh-tokoh Walisongo yang datang dengan fisiknya, yang bisa ditemui melalui makam atau petilasannya. Jalaluddin Rumi justru datang hanya dengan pikirannya.

Meski Jalaluddin Rumi tidak serta merta hadir secara fisik di tanah Mataram. Tetapi jejak pemikirannya banyak di temui di Mataram. Salah satu bukti jejaknya adalah Pondok Pesantren Maulana Rumi yang didirikan oleh Kiai Kuswaidi Syafi’ie di Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tanggal 1 Oktober 2011. Pesantren ini bukan murni didirikan oleh Jalaluddin Rumi sendiri. Tetapi dengan berdirinya pesantren ini, yang menggunakan nama Jalaluddin Rumi. Kita menjadi paham bahwa pesantren ini adalah pesantren yang sedikit banyak mengajarkan nilai-nilai “cinta” yang diajarkan Jalaluddin Rumi.

Sebagaimana dikatakan oleh Kiai Kuswaidi pesantren Rumi ini lebih fokus mengajarkan beragam keilmuan sufistik. Sebab disiplin ilmu tasawuf diyakini mampu memberikan jawaban kegelisahan spiritual atas problematika kehidupan sehari-hari (Redaksi, n.d.). Pernyataan Kiai Kuswaidi ini sama seperti nilai-nilai yang diajarkan oleh Jalaluddin Rumi. Sebab ada banyak persoalan yang dihadapi oleh manusia tidak bisa dijawab, selain sebagiannya mampu di jawab oleh Jalaluddin Rumi, terutama soal krisis spiritual.

Jalaluddin Rumi selalu mengajarkan dalam tiap-tiap syairnya, bahwa pemahaman terkait agama tidak hanya berhenti pada hal-hal yang sifatnya lahhiriah. Tetapi memahami agama dengan perspektif batin yang hanya bisa didekati dengan hati. Dalam pandangan Jalaluddin Rumi, inti dari agama ada pada batin agama. Sebab inti dari segala agama adalah Tuhan. Dan Tuhan hanya bisa dirasakan di dalam hati, melalui Cinta.

Krisis spiritual yang dialami oleh manusia di era seperti saat ini, akan menjadi penghalang menuju aspek batin manusia. Dalam kondisi seperti ini, manusia membutuhkan seorang tabib ruhani, yang akan membimbing manusia menyelami alam batinnya. Sebagaimana Jalaluddin Rumi mengatakan dalam salah satu syairnya: (Jabir, 2018).

“Manusia adalah Astrolab sifat-sifat mulia, sifat manusia adalah manifestasi tanda-tanda-Nya. Apapun yang menjelma dalam diri manusia adalah pancaran-Nya, bagai bayangan bulan yang Nampak pada air yang mengalir. Pada astrolab manusia terlukis jarring laba-laba, agar lukisan sifat-sifat-Nya kekal bagi manusia. Sehingga laba-laba manusia dari langit kegaiban dan dari matahari spiritual akan mengisahkan serta mengajarkan rahasia-rahasia-Nya, laba-laba dan astrolabe tersebut, tanpa kehadiran astronomspiritual, membuat manusia jatuh di tangan orang awam”.

Jalaluddin Rumi mengandaikan tabib ruhani dengan istilah astrolab. Astrolab, pada waktu itu digunakan untuk menentukan banyak hal, seperti lokasi, posisi matahari, bulan, planet, dan bintang. Banyak orang, yang mengaku mengetahui dan memahami manusia, tetapi yang memahami hakikat manusia hanyalah seorang yang telah mengerti dan memahami astrolab (Jabir, 2018).

Kehadiran Pondok Pesantren Maulana Rumi di Tanah Mataram kiranya dapat menjadi astrolab. Bagi generasi muda Yogyakarta, yang kiranya pada saat-saat tertentu banyak mengalami krisis spiritual. Selain itu, kehadiran Pesantren Maulana Rumi ini juga bisa melengkapi paham keislaman tradisi raja-raja Mataram dahulu, seperti Sultan Agung yang menekankan pentingnya nilai-nilai sufistik dalam Islam. Seperti kebanyakan orang yang suka ziarah di makam-makam para Walisongo, kehadiran Jalaluddin Rumi dalam bentuk “pemikiran” ini juga bisa kita ziarahi dalam bentuk diskusi di sudut-sudut tanah Mataram Yogyakarta, sebagai bentuk “ngalap berkah” pemikiran.

Referensi:

Jabir, M. N. (2018). Road to Rumi (Tafsir Sufistik Maulana Jalaluddin Rumi). Jakarta: Rumi Press.

Redaksi. (n.d.). Menilik dari Dekat Kegiatan Pesantren Maulana Rumi di Sewon, Bantul. Retrieved from radarjogja.com.

Artikel Menarik Lainnya: https://nyantri.republika.co.id/posts/202071/ketika-abu-nawas-meminta-bantuan-malaikat-langit

https://nyantri.republika.co.id/posts/200387/cerita-orang-betawi-naik-haji-tempo-dulu

× Image