Khutbah Jumat Tema Menghindari Jahiliyah Gaya Baru
JAKARTA,NYANTRINEWS.ID,--Tema khutbah Jumat harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Sehingga khutbah yang disampaikan dapat memberikan banyak pelajaran bagi jamaah Jumat. Salah satunya tema Jahiliyah gaya baru. Berikut Khutbah Jumat tema "Menghindari Jahiliyah Gaya Baru" dikutip dari Muhammadiyah.or.id,
إِنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِيْرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَ نَبِيَ وَلَا رَسُولَ بَعْدَهُ.
قَالَ تَعَالَى فِي القُرْآنِ الكَرِيمِ :﴿ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ١٠٢ ﴾ ( اٰل عمران/3: 102)
﴿ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا ١ ﴾ ( النساۤء/4: 1)
﴿ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ ٧٠ يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا ٧١ ﴾ ( الاحزاب/33: 70-71)
وَقَالَ أَيْضاً : ﴿ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِّنْكُمْ ۗ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا ٢٩ ﴾ ( النساۤء/4: 29)
اللَّهُمَّ صَلِّي عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينْ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسِانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ :
Jama’ah shalat Jum’at yang semoga dirahmati Allah,
Pujian kita panjatkan kepada Allah, Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, utusan Allah yang membawa petunjuk bagi seluruh umat manusia.
Baca Juga: Ini Doa Nabi Isa Memohon Rezeki yang Ada di Alquran
Saudara-saudara yang dirahmati Allah,
Hari ini, kita bersama-sama merenungi fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia modern. Meskipun mereka tidak lagi menyembah batu dan benda-benda mati secara harfiah, namun kehidupan mereka seringkali terjerumus dalam arah yang dapat dianggap sebagai jahiliyah baru atau neo-jahilism. Al-Quran telah mencerminkan konsep jahiliyah dalam beberapa konteks, salah satunya adalah dalam surat Ali Imran ayat 154.
ثُمَّ اَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ الْغَمِّ اَمَنَةً نُّعَاسًا يَّغْشٰى طَۤاىِٕفَةً مِّنْكُمْ ۙ وَطَۤاىِٕفَةٌ قَدْ اَهَمَّتْهُمْ اَنْفُسُهُمْ يَظُنُّوْنَ بِاللّٰهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ
“Kemudian setelah kamu ditimpa kesedihan, Dia menurunkan rasa aman kepadamu (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari kamu, sedangkan segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah.”
Baca Juga: Seperti di Indonesia, Nabi Muhammad Memakan Kurma dengan Buah-Buahan
Ayat tersebut menggambarkan kondisi di mana sebagian manusia, ketika dihadapkan pada kesedihan, malah merasa cemas dan ragu-ragu terhadap janji dan keberadaan Allah. Mereka menunjukkan sikap yang mencerminkan keraguan dalam keyakinan, sebagaimana dinyatakan dalam kata-kata “mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah”.
Dalam tafsir ayat ini, kita menyadari bahwa kaum munafik yang dirujuk dalam ayat tersebut adalah mereka yang tidak mantap dalam keyakinan terhadap Allah, meskipun dalam tampilan luar mereka menyatakan ke-Islam-an mereka. Mereka terjebak dalam keraguan dan tidak memiliki keyakinan yang kuat terhadap janji-janji Allah.
Baca Juga: Baca Doa Berangkat Kerja Ini, Insyaallah Berkah
Hal ini menggambarkan bahwa jahiliyah tidak hanya terbatas pada penyembahan berhala, tetapi juga mencakup kerusakan epistemologi, yaitu kerusakan pada pemahaman dan keyakinan terhadap ajaran Allah. Kita sebagai umat Islam modern harus mewaspadai fenomena ini dalam kehidupan sehari-hari.
Jamaah salat jumat yang dimuliakan Allah,
Konteks kedua jahiliyah yang diuraikan dalam Al-Quran mencakup perilaku dan tingkah laku yang mencerminkan ketidakpahaman terhadap Allah. Al-Quran menyebutnya sebagai ‘tabaruj al-jahiliyah’ dalam Surat Al-Azhab ayat 33. Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak mengadopsi perilaku seperti orang-orang jahiliah dahulu.
Baca Juga: 3 Keistimewaan Utama Al-Quran
وَقَرْنَ فِيْ بُيُوْتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْاُوْلٰى وَاَقِمْنَ الصَّلٰوةَ وَاٰتِيْنَ الزَّكٰوةَ وَاَطِعْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ ۗاِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًاۚ
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.“
Pada masa Arab Jahiliyah, masyarakatnya membangun sistem yang sangat rusak, menciptakan ketidaksetaraan dan ketidakadilan. Namun, ironisnya, fenomena ini juga dapat ditemui dalam struktur kemasyarakatan kita saat ini.
Baca Juga: Makna Suara Menggelegar Petir Menurut Al-Quran
Dalam realitas kehidupan modern, kita melihat banyak masyarakat yang menjauh dari nilai-nilai ilahiyah, meskipun merasa sebagai orang-orang modern yang penuh dengan kemajuan. Ini dapat dianggap sebagai bentuk ‘tabaruj jahiliyah’ dalam perilaku budaya dan perilaku sosial kita. Ketidaksetaraan, ketidakadilan, dan kecenderungan untuk mengabaikan prinsip-prinsip moral dan etika agama semakin merajalela di tengah masyarakat.
Sebagai umat Islam, kita perlu mengintrospeksi diri dan memastikan bahwa perilaku dan tindakan kita selaras dengan ajaran Islam. Kita tidak boleh terperangkap dalam budaya jahiliyah baru yang merusak dan merugikan. Sebaliknya, mari kita berupaya untuk membangun masyarakat yang adil, berdasarkan nilai-nilai ilahiyah yang menghormati hak-hak setiap individu.
Melalui pelaksanaan salat, pembayaran zakat, dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, kita dapat menghilangkan dosa-dosa kita dan membersihkan diri sebersih-bersihnya. Mari bersama-sama mengubah perilaku kita, mewujudkan nilai-nilai keadilan, dan membentuk masyarakat yang menghormati hak-hak setiap individu, sehingga kita dapat menghindari tabaruj jahiliyah dalam perilaku budaya dan sosial kita.
Baca Juga: Tanamkan Nilai Keislaman, Muhammadiyah Resmikan Masjid Ibnu Sina di RSU Muhammadiyah Ponorogo
Jamaah jumat yang dirahmati Allah,
Konteks jahiliyah ketiga yang diungkapkan dalam Al-Quran adalah berkaitan dengan sistem hukum yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan dan ilahiyah. Al-Quran menyebutnya melalui ayat Al-Maidah ayat 50. Ayat ini mengingatkan kita tentang bahaya ketidakadilan dalam sistem hukum.
اَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ
“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?”
Pada masa sekarang, kita sering kali menyaksikan bagaimana hukum sering kali diterapkan tidak adil, terutama yang berkaitan dengan aspek kepemilikan harta dan jabatan. Kondisi ini menciptakan ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam masyarakat, di mana hak-hak individu dapat diinjak-injak oleh kekuatan material dan kekuasaan politik.
Baca Juga: Dorong Kemandirian Ekonomi NU, BMT NU Jatim Serahkan Dana Perkembangan NU Rp 5,2 Miliar
Ironisnya, dalam era informasi dan teknologi seperti sekarang, kita masih dihadapkan pada fenomena ketidaksetaraan dan ketidakadilan, yang beberapa ulama menyebutnya sebagai “Jahiliyatul Qarni ‘Isyrin” atau “Jahiliyah Abad 20”. Beberapa bentuk ketimpangan seperti korupsi, nepotisme, dan penyalahgunaan kekuasaan dapat mengguncang fondasi keadilan yang seharusnya menjadi pijakan bagi sistem hukum.
Sebagai umat Islam, kita dituntut untuk menghadapi realitas ini dengan bijak dan tegas. Kita harus berusaha menjadikan nilai-nilai keadilan dan kebenaran sebagai landasan utama dalam pembentukan dan pelaksanaan hukum. Kita tidak boleh membiarkan sistem hukum kita terjebak dalam praktik-praktik jahiliyah yang merugikan banyak orang.
Baca Juga: Khofifah Apresiasi Dukungan BI terhadap Program One Pesantren One Produk
Marilah kita, sebagai umat Islam, berupaya untuk mendirikan sistem hukum yang adil dan merata, yang didasarkan pada nilai-nilai Islam yang mendorong keadilan, transparansi, dan penegakan hukum yang tegas. Kita perlu bekerja bersama-sama untuk melawan setiap bentuk ketidakadilan dan mengembangkan masyarakat yang menghormati hak-hak asasi setiap individu.
Semoga Allah memberikan petunjuk dan kekuatan kepada kita untuk menjalankan tugas kita sebagai pembela keadilan di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan tantangan ini. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ